Kapan minyak goreng harus diganti?
Di tengah meningkatnya kesibukan masyarakat sehari-hari, kebutuhan akan makanan yang cepat saji pun semakin meningkat. Oleh karena itu, memasak dengan cara deep frying menjadi salah satu pilihan utama. Prosesnya yang cepat, sederhana, dan menghasilkan produk dengan rasa dan cita rasa yang khas dengan lapisan luar yang renyah menjadikan makanan-makanan tersebut disukai dan dapat diterima dengan mudah oleh konsumen [1].
Memasak dengan cara deep frying tentu menggunakan minyak goreng dengan jumlah yang cukup banyak. Idealnya, dalam setiap proses penggorengan selalu digunakan minyak yang baru. Namun, hal tersebut dianggap tidak praktis dan boros sehingga minyak goreng sisa bekas menggoreng tersebut sering digunakan kembali, bahkan hingga beberapa kali.
Akan tetapi, ternyata minyak goreng bekas tersebut dapat mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimia. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan dari minyak itu sendiri. Beberapa senyawa toksik, seperti aldehid dan hidroperoksida, terbentuk ketika minyak goreng mengalami pemanasan pada suhu yang tinggi. Senyawa tersebut dapat membentuk radikal bebas yang bersifat karsinogenik [2].
Sebaiknya, kita mengenali bagaimana kondisi minyak goreng yang relatif aman digunakan. Berikut ZywieLab berikan beberapa tips dalam menggunakan minyak goreng dan minyak goreng bekas pakai: [3,4]
-
gunakan minyak goreng yang sesuai untuk menggoreng dengan smoke point
-
sebaiknya proses penggorengan dilakukan pada suhu antara 70-200 ℃. Jangan gunakan suhu yang terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi kualitas dan/atau keamanan minyak goreng dan makanan
-
apabila menggoreng makanan beku, sebaiknya dicairkan (defrost) terlebih dahulu. Keberadaan air dalam makanan beku tersebut dapat menyebabkan minyak goreng menjadi berbusa dan mengurangi waktu guna minyak goreng tersebut
-
setelah digunakan, biarkan suhu minyak turun kemudian saring untuk menghilangkan partikel sisa makanan dan simpan minyak di wadah tertutup untuk mengurangi oksidasi
-
apabila minyak sudah berwarna gelap, berbusa, lebih kental/lengket, dan berbau tengik, artinya sudah saatnya minyak tersebut diganti.
Disclaimer: Artikel yang terkandung dalam situs ini disajikan untuk digunakan sebagai informasi tambahan. Artikel di dalam situs zywielab.com ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan perawatan medis profesional atau rekomendasi terhadap suatu individu dari ahli gizi profesional. Artikel yang ada di dalam situs ini tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk diagnosis atau pilihan pengobatan. Semua pengobatan yang anda lakukan harus berdasarkan rekomendasi dari dokter dengan pemeriksaan secara langsung. Semua risiko atas penggunaan informasi di website ini sepenuhnya ada pada pembaca. Gambar-gambar dan ilustrasi yang dimuat di dalam website ini adalah gambar public domain kecuali jika diberikan referensi secara spesifik. Atribusi ditambahkan jika disyaratkan. Jika Anda menemukan sesuatu yang harus diperbaiki dalam artikel ini, silakan hubungi kontak@zywielab.com
Lisensi: Lisensi artikel ini adalah Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan (BY-NC-ND): Pencipta diberi kredit dan hanya karya verbatim saja untuk tujuan nonkomersial saja. Untuk lisensi komersial dan edukasi silahkan menghubungi kami di lisensi@zywielab.com
Kategori
Referensi
-
Lipids and Phytopsterol oxidation in commercial French fries commonly in Sweden. Journal of food composition and Analysis. 2008;21..
-
In vivo absorption, metabolism, and urinary excretion of alpha, beta-unsaturated aldehydes in experimental animals. Relevance to the development of cardiovascular diseases by the dietary ingestion of thermally stressed polyunsaturated-rich culinary oils
-
The level of knowledge amongst small and medium enterprises of the quality and safety issues impacting on the re-use of cooking oil
-
Food Safety: What you should know