Fluor

Unsur kimia yang dilambangkan dengan huruf “F” ini ternyata turut membangun tubuh kita juga. Bentuk paling sederhananya ditemukan dalam bentuk gas. Namun yang dibutuhkan tubuh kita adalah senyawa fluor dalam bentuk ion. Ketika berbentuk ion, senyawa ini mudah diserap tubuh seperti natrium florida (NaF) setelah mengalami disosiasi dengan produk ion F-.[1] Dalam tubuh kita, unsur ini bisa ditemui di gigi dan tulang. Unsur ini memiliki peran sebagai pembentuk enamel gigi sehingga mampu melindungi gigi dari asam lemah yang berasal dari sisa makanan yang masuk ke mulut atau terselip di sela gigi[1]. Dengan terlindunginya gigi dari kerusakan tadi maka kemungkinan terserang karies gigi serta pembusukan gigi akan semakin kecil.
Sumber utama fluor yang dapat kita cerna berasal dari air yang kita minum. Bisa jadi itu air putih maupun beragam minuman lain seperti teh. Sedangkan makanan seperti tulang ikan juga mengandung fluor.
FAO[2] menyarankan untuk mengonsumsi air minum dengan kadar fluor sebesar 0.8 sampai 1.2 ppm (apabila satu persen sama dengan satu per seratus, maka satu ppm sama dengan satu per sejuta) setiap harinya. Sebuah daerah dengan air minum yang mengandung kadar fluor di bawah 0.5 ppm menurut FAO[2] memiliki tingkat kemungkinan terkena karies gigi lebih besar. Oleh karena itu di pasta gigi kita sering ditambahkan fluor sehingga membantu mengurangi kemungkinan terkena karies gigi hingga 70 persen[2]. Sedangkan bila mengonsumsi air minum dengan kandungan fluor lebih dari 4 ppm , dapat menyebabkan seseorang terkena fluorosis gigi, keadaan di mana gigi akan tampak belang-belang kuning kecoklatan[2]. Selain itu, fluorosis juga bisa menyerang bagian tulang sehingga menyebabkan rasa sakit di tulang serta abnormalitas bentuk tulang.