Kolin

Kolin sering disebut sebagai zat gizi yang terlupakan karena tubuh kita sendiri dianggap bisa membentuk kolin dalam jumlah yang cukup. Kendati demikian, ditemukan bukti bahwa jumlah kolin yang dihasilkan tubuh pada orang yang mengkonsumsi rendah atau bebas kolin tidak mencukupi [1]. Oleh karena itu, sejak tahun 1998, kolin mulai dianggap sebagai zat gizi yang perlu dikonsumsi [2]. Kolin memiliki banyak fungsi di tubuh kita sehingga kekurangan kolin menyebabkan berbagai macam gangguan, seperti gangguan metabolisme atau kerusakan organ. Terkait fungsinya pada sistem saraf, kekurangan kolin dapat menyebabkan gangguan perkembangan saraf dan otak, gangguan koordinasi tubuh, kelemahan otot, hingga gangguan memori [1,2].
Mengapa demikian? Kolin ditemukan dalam berbagai bentuk di tubuh kita, berupa phospatidylcholine, sphingomyelin, dan acethylcholin [2]. Bentuk phospatidylcholine berperan untuk menjaga struktur sel tubuh kita [1,2]. Bentuk lainnya, yaitu sphingomyelin dan acethylcholin memiliki peran dalam sistem saraf yang penting untuk menyampaikan dan mengkoordinasikan informasi dari tubuh. Tujuannya agar timbul respons tubuh yang tepat terhadap informasi yang dikirimkan [2].
Tidak hanya itu, kolin juga berperan sebagai donor metil, artinya kolin akan menyumbangkan satu unit karbon dalam reaksi kimia tubuh. Apa yang dihasilkan dari reaksi tersebut? Reaksi ini disebut sebagai reaksi dasar yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi normal tubuh, bisa dikatakan semua sel tubuh membutuhkan reaksi ini. Faktor terbesar ganggguan yang timbul akibat kekurangan kolin disebabkan adanya gangguan pada reaksi ini. Beberapa proses penting yang bergantung pada reaksi ini adalah regulasi protein, DNA, interaksi sinyal di otak, dan detoksifikasi [2].
Tabel 1. Kandungan Kolin pada Makanan
Jenis makanan |
Jumlah (100 gr) |
Kuning telur Hati sapi Telur Ayam Ikan salmon Susu Kedelai Kacang-kacangan |
820,2 mg 418,2 mg 293,8 mg 290 mg 223,8 mg 169,2 mg 124,3 mg 64,6 mg |
Berapakah kebutuhan kolin? Kebutuhan kolin yang dianggap cukup untuk dewasa adalah 550 mg/hari (laki-laki) dan 425 mg/hari (wanita). Karena perkembangan saraf dan otak dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dan menyusui direkomendasikan untuk meningkatkan konsumsi kolin hingga 550 mg/hari [1]. Apakah ada batas maksimal? Kelebihan kolin akan menyebabkan bau badan (fish-odor syndrome) dan keringat berlebih [1]. Walaupun hal tersebut tidak fatal, kelebihan kolin menimbulkan efek samping penurunan tekanan darah dan gula darah. Oleh karena itu, ditentukan jumlah maksimal sebesar 3500mg/hari berdasarkan timbulnya efek samping minimal yang diamati [2]. Kandungan kolin pada makanan dapat dilihat pada tabel [3].
Kategori
Referensi
-
Nutritional Sciences From Fundamentals to Food. 2nd ed. USA: Wadsworth Cengage Learning; 2011..
-
Modern Nutrition in Health and Disease
Modern Nutrition in Health and Disease. 10th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.. -
United States Department of Agriculture Agricultural Research Service National Nutrient Database for Standard Reference Release 28