Penderita Diabetes yang Berisiko untuk Puasa

Di bulan Ramadhan ini, muslim diwajibkan untuk berpuasa. Namun, sebagian orang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dalam kondisi tertentu, salah satunya pada orang sakit. Penderita diabetes sendiri merupakan kelompok orang yang berisiko untuk menjalankan ibadah puasa, selengkapnya tentang risiko puasa penderita diabetes dapat dibaca disini. Namun, diabetes seringkali tidak bergejala sehingga penderita merasa dalam keadaan ‘sehat’. Itulah mengapa banyak penderita diabetes yang tetap ingin menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Hal ini tentu diperbolehkan selama penderita diabetes memahami risiko saat menjalankan puasa [1].

 

Seperti Apakah Penderita Diabetes yang Berisiko?

Risiko berpuasa pada penderita diabetes dibagi menjadi empat kelompok, yaitu [2]:

 

Kelompok 1 : Risiko Rendah

  • Gula darah terkontrol dengan baik melalui diet atau obat-obatan

 

Kelompok 2 : Risiko Sedang

  • Gula darah terkontrol dengan baik menggunakan suntikan insulin

 

Kelompok 3 : Risiko Tinggi

  • Gula darah tidak terkontrol baik dengan diet, obat-obatan, atau suntikan insulin.
  • Penderita diabetes yang mengalami komplikasi lanjut pada ginjal, otak, mata, jantung, maupun syaraf
  • Lansia
  • Penderita diabetes yang hidup sendiri dan butuh menggunakan obat-obatan yang berisiko
  • Mengalami gangguan mental yang ditetapkan oleh ahli psikiatri

 

Kelompok 4 : Risiko Sangat Tinggi

  • Penderita diabetes yang mengalami komplikasi hipoglikemia atau hiperglikemia berat dalam 3 bulan sebelum bulan puasa
  • Mengalami kejadian hipoglikemia atau hiperglikemia berulang
  • Ibu hamil yang menderita diabetes
  • Penderita diabetes dengan komplikasi ginjal yang menjalani cuci darah

 

Berdasarkan pembagian tersebut, kelompok 1 dan 2 diperbolehkan untuk menjalankan puasa, sedangkan kelompok 3 dan 4 sebaiknya tidak menjalankan puasa karena kemungkinan timbulnya efek yang berbahaya bagi kesehatan lebih tinggi [2]. Bagi penderita diabetes yang tergolong aman untuk menjalankan puasa (kelompok 1 dan 2), kamu dapat menjalankan puasa dengan melakukan persiapan terlebih dahulu dan berbekal ilmu agar dapat menjalankan puasa secara aman [1–3].

 

Jadi, kamu termasuk golongan yang mana? Aman atau Berisiko?

Disclaimer: Artikel yang terkandung dalam situs ini disajikan untuk digunakan sebagai informasi tambahan. Artikel di dalam situs zywielab.com ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan perawatan medis profesional atau rekomendasi terhadap suatu individu dari ahli gizi profesional. Artikel yang ada di dalam situs ini tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk diagnosis atau pilihan pengobatan. Semua pengobatan yang anda lakukan harus berdasarkan rekomendasi dari dokter dengan pemeriksaan secara langsung. Semua risiko atas penggunaan informasi di website ini sepenuhnya ada pada pembaca. Gambar-gambar dan ilustrasi yang dimuat di dalam website ini adalah gambar public domain kecuali jika diberikan referensi secara spesifik. Atribusi ditambahkan jika disyaratkan. Jika Anda menemukan sesuatu yang harus diperbaiki dalam artikel ini, silakan hubungi kontak@zywielab.com

 

Lisensi: Lisensi artikel ini adalah Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan (BY-NC-ND): Pencipta diberi kredit dan hanya karya verbatim saja untuk tujuan nonkomersial saja. Untuk lisensi komersial dan edukasi silahkan menghubungi kami di lisensi@zywielab.com

Referensi

Tentang Penulis dan Penyunting

cindy's picture
dr. Besthari Anindita Pramitasari
Universitas Indonesia, Dokter
Besthari merupakan dokter umum alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) lulusan tahun 2015 yang memiliki ketertarikan di bidang gizi. Disamping profesinya sebagai dokter, Besthari memiliki ketertarikan sendiri di bidang art & design¸serta entrepreneurship. Besthari telah mengikuti berbagai program dan pelatihan di bidang gizi, art & design, serta entrepreneurship. Saat ini...
keni's picture
Keni Vidilaseris, PhD
ITB-Kimia, Biokimia; PhD- Biologi struktural, Vienna University
Keni adalah seorang peneliti di Departemen Biokimia, Universitas Helsinki, Finlandia sejak tahun 2014. Fokus penelitiannya adalah penentuan struktur protein membran dari parasit penyebab malaria, toksoplasmosis, dan juga sleeping sickness sebagai target pengobatan. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana dan masternya dari program studi Kimia di Institut Teknologi Bandung. Pendidikan Doktoralnya ia...